Modelbaju's Blog

Pasar Tanah Abang

Posted on: Agustus 3, 2009

Pasar Tanah Abang berlokasi dekat dengan jalan KH Mas Mansyur, Jakarta Pusat. Sebuah pusat perdagangan sejak masa imperialis Belanda dan juga pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara. Pasar tersebut telah berdiri sejak tahun 1735.

Berikut perkiraan asal usul nama Tanah Abang yang memiliki pengertian yang berbeda – beda ( meski hingga kini belum diketahui secara pasti arti nama Tanah Abang ) :

a. menurut ‘sohibul hikayat’ berasal dari kata Nabang. Nabang sejenis pohon palm yang dahulu daerah Tanah Abang banyak pohon palm.
b. Orang Belanda yang menyebutnya DE NABANG
c. Lidah betawi yang menyebut Tenabang, jadilah sekarang Tanah Abang.
d. Asal muasal juga didapati bahwa Tanah Abang memiliki arti tanah si abang ( kakak ).
e. atau yang terakhir, Tanah Abang dalam bahasa jawa berarti tanah merah.
f. Diperkiran nama kawasan itu diambil dari sebuah bukit yang tanah nya berwarna merah. Bukit itu dikelilingi rawa – rawa yang letaknya di sekitar kali krukut.
g. Nama Tanah Abang mulai disebut pada abad ke 17, yaitu pada waktu kota Batavia di serang oleh tentara mataram, tahun 1628 tentara mataram mengepung Batavia dari seluruh penjuru dan menggunakan Tanah Abang sebagai pangkalan, yang merupakan tanah berbukit dan di sekitarnya banyak di genangan rawa. Dari tanahnya merah atau Abang dalam bahasal Jawa, maka lahirlah nama Tanah Abang yang berarti Tanah Merah.

Wilayah Tanah Abang pada waktu itu merupakan daerah perkebunan teh,kacang, jahe, melati, sirih, dan lain-lain, yang sampai saat ini dijadikan nama suatu pemukiman di Jakarta Pusat.

Tanah Abang dahulu merupakan daerah pertanian dan peternakan milik orang Cina. Kemudian perekonomian mulai berkembang semenjak saudagar kaya dari Belanda ( Justinus Vinck ) mendirikan pasar di daerah itu tahun 1735.

Pada waktu dahulu Pasar Tanah Abang diijinkan beroperasi oleh pemerintahan Hindia Belanda hanya hari Sabtu dan hanya khusus menjual barang tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran. Bangunan pasar, kala itu masih berupa bedeng bambu dan beratap rumbia.

Pasar Tanah Abang diizinkan beroperasi oleh Pemerintah Hindia Belanda setiap Sabtu. Selain Pasar Tanah Abang, pada waktu itu sudah berdiri Pasar Senen yang beroperasi setiap Senin. Komoditas perdagangan pada waktu itu ditentukan Belanda. Pasar Senen digunakan untuk menjual komoditas sayur-mayur dan keperluan sehari-hari. Adapun Tanah Abang khusus menjual tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran. Khusus beras, Belanda mengawasi secara ketat cara penjualan, tempat penjualan, dan peredarannya karena dipandang sebagai komoditas vital.

PERISTIWA yang banyak mempengaruhi perkembangan perekonomian serta dunia perpasaran pada waktu itu, termasuk Pasar Tanah Abang, ialah peristiwa “pembantaian orang-orang Cina pada tahun 1740”. Peristiwa itu terjadi lima tahun setelah Pasar Tanah Abang dibangun.

Menginjak tahun 1801, perdagangan di Pasar Tanah Abang makin ramai sehingga memperoleh izin tambahan beroperasi pada hari Rabu. Jadi, dalam sepekan, Pasar Tanah Abang bisa beroperasi hari Rabu dan Sabtu.

Alat tukar yang digunakan pada waktu itu beragam. Selain menggunakan mata uang Cina (gobog) yang terbuat dari tembaga kuning berlubang segi empat di tengahnya, transaksi juga dilakukan dengan mata uang Perancis, Turki, Hongaria, dan Jepang yang beredar di Batavia (Jakarta). Ada lagi mata uang koban, terbuat dari emas asli.

Banyaknya mata uang yang beredar di Batavia itu memunculkan bisnis transaksi jual beli mata uang asing di pinggir jalan atau di pinggir kali. Kalau sekarang disebut money changer. Karena bank penukar belum ada, transaksi dilakukan dari kantung ke kantung pedagang.

Setelah penjajah Belanda makin mapan, penarikan pajak pasar tidak lagi diborongkan kepada orang-orang Cina, tetapi langsung melalui aparat pemerintah. Kini, selain retribusi pasar yang ditarik petugas pasar, masih ada pajak tak resmi yang dipungut preman.

Seiring dengan berkembangnya Pasar Tanah Abang, kawasan itu sering dijadikan lahan rebutan mencari makan. Silih berganti kelompok preman berkuasa di tempat itu. Salah satunya adalah preman asal Timor-Timur, Hercules. Kelompok Timor-Timur itu pernah “berperang” dengan kelompok preman gabungan Betawi dan Madura.

Sekarang pasar Tanah Abang merupakan penyalur tekstil utama ke berbagai wilayah di Indonesia. Pasar Tanah Abang yang dikenal sebagai pusat grosir terbesar di Indonesia ini setiap harinya dikunjungi oleh sekitar dua juta orang. Pengunjung Pasar Tanah Abang merupakan pedagang lokal dari berbagai kota di Indonesia serta pedagang luar negeri dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina hingga pedagang dari negara-negara Afrika.

Menurut web site Pasar Tanah Abang, sampai awal tahun 2002, di pasar itu terdapat 7.546 buah tempat usaha dengan jumlah pedagang 4.648 orang. Menempati areal 82.386,5 meter persegi, bangunan Pasar Tanah Abang dibagi enam blok A-F.

Orang yang terlibat kegiatan di Pasar Tanah Abang setiap harinya rata-rata mencapai 21.625 orang, meliputi 10.000 konsumen, 5.500 pedagang, dan 5.500 pembantu kios. Para pedagang mayoritas pedagang tekstil sebanyak 1.831 orang dan pedagang pakaian 2.878 orang. Dari money changer ketengan pada masa penjajahan Belanda, kini di Tanah Abang sudah ada enam bank yang beroperasi.

Pada Februari 2003, sebagian kecil dari wilayah pasar Tanah Abang terbakar. Hingga saat ini penyebab kebakarannya masih kontroversial. Beberapa disebutkan karena kondisi pasar yang terlalu ramai dan motif politik. Akhirnya pada tahun 2005, Gedung pasar yang telah dirancang dengan nuansa Timur Tengah resmi dibuka. Kesan kumuh, padat, dan panas tidak lagi melekat di pasar yang kini dikenal dengan Pasar Tanah Abang Blok A tersebut.

Pasar Tanah Abang kini menjelma menjadi pusat grosir tekstil modern. Tidak lagi kumuh, sumpek, dan panas. Pasar ini menempati sebuah bangunan seluas 151.202 meter persegi. Pada bagunan 19 lantai ini terdapat 149 unit eskalator, empat unit passenger lift (capsule), dan empat unit passenger lift biasa. Selain itu juga tersedia delapan unit lift barang (kapasitas 1.000 dan 2.000 kilogram), AC central, tiap kios memiliki satu line telepon, serta sejumlah fasilitas lainnya.

Untuk mencapai ke-19 lantainya, lift-lift tersebut diletakkan di tiga sisi gedung yaitu di tengah, kiri dan kanan. Jadi pengunjung tidak akan lelah berjalan mengelilingi pasar Tanah Abang ini. Fasilitas ATM sudah tersedia di dalam. Anda tidak perlu membawa uang tunai dari rumah. Tanda-tanda sebagai petunjuk disediakan agar pengunjung tidak tersesat di dalam. Belum lagi kondisi toiletnya yang bersih dan jauh dari kesan toilet-toilet umum yang biasa ditemui di Jakarta. Secara keseluruhan, pusat grosir ini sangat nyaman untuk dikunjungi.

Keamanan gedung ini juga cukup terjamin, para satpam berjaga-jaga di setiap sudut-sudut lantai. Sedangkan untuk mengantisipasi terjadi kebakaran, pihak pengembang sudah menyiapkan beberapa sistem. Ada sprinkler, hidran gedung, hidran halaman, sistem alat pemadam api ringan (APAR), dan fire roller shutter yang dapat bekerja secara otomatis menutup daerah kompartemen yang terbakar dengan sekat anti kebakaran. Sekat ini mampu menahan kobaran api selama empat jam. Soal parkir tidak lagi menjadi kendala, karena lahan parkir yang tersedia mampu menampung dua ribu mobil.

Pasar Tanah Abang yang merupakan pasar tradional dengan sentuhan modern. Oleh karena itu harga yang berlaku di sini juga layaknya harga pasar tradisional, namun dengan kualitas barang yang tetap terjaga. Artinya, harga barang di Blok A yang sudah dibangun dengan konsep modern tidak berbeda dengan harga di Blok B, C, dan D yang masih berupa pasar tradisional tanpa sentuhan modern. Menurut Djan faridz yang merupakan Dirut PT. Priamanaya, pengembang Pasar Tanah Abang Blok A, di sinilah letak keunggulan Pasar Tanah Abang Blok A.

Di dalam pasar ini, berisi segala macam pakaian baik yang dijual dalam grosir maupun eceran. Harganya pun bervariasi. Cukup murah untuk standar masyarakat Indonesia pada umumnya. Yang paling banyak dijual di sini adalah pakaian muslim wanita. Satu lantai dikhususkan untuk pakaian muslim wanita. Di lantai dasar dan basement, bagi anda yang mencari kain, di sini anda akan menemukan berbagai jenis tekstil dengan berbagai motif dan corak. Tidak hanya kain untuk kebutuhan sandang, namun anda juga dapat menemukan kain untuk korden atau sofa.

Hingga kini, Pasar Tanah Abang merupakan pusat perdagangan multietnis. Pelaku bisnis di kawasan itu di antaranya suku Minang, etnis Tionghoa, Arab, dan Betawi.

Seorang sesepuh Pasar Tanah Abang, Lim Kiat Swie (61), yang ditemui Kompas di rumahnya di Jakarta Barat, Sabtu (22/2) siang, mengisahkan, semula Pasar Tanah Abang itu hanyalah serupa pasar pada umumnya. Di sana, hampir semua komoditas barang diperjual-belikan.

Pasar itu menjajakan dari barang rongsokan, gambir untuk nginang, sayur-mayur, buah-buahan, aneka tekstil dan kain batik dari yang berbahan paling kasar sampai paling halus. Kios-kiosnya campur aduk dengan perdagangan kambing dan sapi. “Sekitar tahun 1940-an, bapak saya sering mengajak saya berdagang buah semangka di pasar itu,” kenang Lim Kiat Swie.

Lim Kiat Swie mengakui, kesuksesan perdagangan di Pasar Tanah Abang ini tidak lain adalah akibat dari keharmonisan yang terjalin di antara berbagai suku, antara lain suku Padang, Betawi, Jawa, Tionghoa, Arab, dan India. Akulturasi yang tercipta baik tersebut tak lepas begitu saja dari harmoni dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk keharmonisan itu, tutur Liem, sangat dirasakan ketika seorang pemilik kios warga Betawi asli bernama Amat menawari sebuah kios kecil kepada Lim Kiat Swie. “Pak Lim, pake aja kios gue, tapi keuntungannya dibagi dua ya,” kata Lim menirukan ucapan Pak Amat.

Lim mengaku tidak membayar sedikit pun uang sewa kios itu. Dari ikut-ikutan berdagang buah semangka dengan ayahnya, Lim mulai usaha berdagang tekstil. Di pasar inilah, dalam perkembangannya, Lim semakin merasakan persatuan antar-etnis yang luar biasa.

Ia mencontohkan, suatu ketika, seorang pemilik kios di sebelah kiosnya merasakan kesulitan memperoleh stok kain. Orang berlainan etnis itu kehabisan uang untuk membeli stok baru karena utangnya yang dulu saja belum lunas.

Orang itu betul-betul terlihat jujur. Uang sebagai hasil jerih payah berdagang ludes untuk membayar pengobatan salah satu anggota keluarganya yang menderita sakit kronis. Modalnya habis. Sementara, stok barang dagangannya kian tipis.

Kalau mau bersaing secara kasar, bisa saja para pedagang lain tak mau tergerak untuk membantu dia. Biar saja usaha orang itu bangkrut. Apalagi, dia berlainan etnis. Namun, teman-teman sekitar kiosnya, bukan hanya etnis Tionghoa, justru tergerak untuk memberikan “suntikan” modal berupa barang dagangan yang dapat dibayar pada akhir bulan. Waktu terus berjalan. Pasar itu berkembang. Keharmonisan kian dirasakan ketika meletus kerusuhan dahsyat melanda sebagian besar Jakarta, Mei 1998.

Pasar tersebut lolos dari maut penjarahan dan perusakan. Pelbagai suku di pasar itu bersatu mempertahankan agar pasar itu tetap aman. Barisan pemuda-pemuda Betawi berjaga di sekeliling pasar itu. Beberapa pemuda membekali diri dengan senjata tajam, seperti golok dan celurit, untuk mengamankan Pasar Tanah Abang.

Setelah berkeliling-keliling pasar ini, tempat makan pasti menjadi tujuan anda berikutnya. Untuk memenuhi kebutuhan perut, anda bisa naik ke lantai 8 gedung ini dimana tersedia food court yang sangat nyaman. Fasilitas toilet dan tempat cuci tangan sangat bersih. Di sini tersedia makanan dari berbagai jenis. Anda tinggal memilih sesuai selera. Harganya pun cukup bersahabat dengan kantong anda. Berkisar antara Rp5.000 hingga Rp20.000.

Pasar Blok A terdiri dari 12 lantai pertokoan, 5 lantai parkir, dan satu lantai food court. Di bagian atap terdapat masjid yang mampu menampung dua ribu jamaah. Dengan kondisi saat ini yang lebih nyaman dan aman jika dibandingkan sebelum terbakar, Pasar Blok A semakin diminati oleh pengunjung dan pembeli. Tren yang saat ini terjadi, pembeli lebih suka berbelanja di Blok A daripada di Blok B, C dan D karena suasananya yang berbeda. Bahkan menjelang Hari Raya Idul Fitri, pengunjung di Pasar Blok A bisa mencapai seratus ribu orang per hari.

Kontribusi Pasar Tanah Abang saat ini terhadap perekonomian DKI Jakarta adalah sekitar 15 %. Dengan kata lain pasar tersebut diperkirakan memberi kontribusi sekitar 9 % terhadap perekonomian Indonesia, sebuah indikator penting dari keseluruhan elemen perekonomian Indonesia.

Bagi anda, wanita yang memiliki hobi belanja, Tanah Abang Blok A layak masuk daftar kunjungan belanja anda. Selain harganya murah dan model-model pakaian yang ada sangat banyak, kenyamanan dan keamanan anda dalam berbelanja juga sangat terjamin di sini.

Silahkan mampir untuk melihat kolesi Model Baju Couple dan Baju Cewe saya di model Baju Couple | Model Baju cewe | Model Baju Cewek | Model Baju Wanita

Tinggalkan komentar